Profesor Ariel Heryanto
Ariel Heryanto adalah direktur pendiri Monash Herb Feith Indonesian Engagement Centre di Monash University. Sebelumnya dia adalah Kepala Southeast Asia Centre, Australian National University, dan Kepala Program Indonesia di University of Melbourne. Selama bertahun-tahun, dia telah menjadi pendukung setia hubungan Australia-Indonesia.
Lulusan Monash University pada 1994, Ariel kembali ke Australia dan mengambil posisi akademis pertamanya yang berkelanjutan di University of Melbourne pada 2000. Pada 2002 dia berkolaborasi dengan warga Indonesia lainnya di Melbourne untuk meluncurkan Festival Film Indonesia di Melbourne, Festival Film Indonesia pertama sejak Festival Film Indonesia terakhir di Australia sepuluh tahun sebelumnya. Sejak 2006 Festival tersebut telah diadakan setiap tahun.
Segera setelah Ariel Heryanto pindah ke Australian National University, dia merintis kolaborasi dengan National Film and Sound Archive (NFSA). Pada 2010 dia bersama-sama mengadakan pertemuan dengan Quentin Turnour (Programmer NFSA) Festival Film Asia Tenggara tahunan pertama, program dua minggu yang mencakup pemutaran beberapa film terbaru dan terbaik dari Asia Tenggara.
Pada awal 2013, Ariel Heryanto diangkat ke Komite Seleksi Bersama 14-anggota pemerintah Australia dan Indonesia untuk memilih para finalis yang akan diberikan beasiswa penuh untuk melanjutkan studi master dan doktoral di universitas-universitas Australia dengan beasiswa AusAID.
Ariel Heryanto menempati posisi Direktur Monash Herb Feith Indonesia Engagement Center pada 2018. Pusat studi ini menyediakan platform untuk mengembangkan hubungan dan kolaborasi yang kuat antara peneliti akademik, pekerja budaya dan seni, pemerintah, pemimpin industri dan alumni untuk mempromosikan pemahaman budaya dan memecahkan masalah sosial dan praktis yang mendesak.
Sejak menjabat sebagai Direktur Monash Herb Feith Indonesia Engagement Centre, Ariel Heryanto telah melakukan hubungan erat dengan Kedutaan Besar Australia di Jakarta. Dia telah memberikan kuliah tamu tentang 'Islamisasi dalam Kehidupan Publik di Indonesia', sebagai bagian dari seri 'Big Idea' di Kedutaan Besar. Dia juga menjadi pembicara dalam dua kesempatan sebagai bagian dari kampanye diplomasi publik 'Australia Connect' Kedutaan Besar.